Ancaman PHK Massal di Depan Mata, Sektor Perhotelan

Berita120 Views

Ancaman PHK Massal di Depan Mata, Sektor Perhotelan Kondisi sektor perhotelan di Jakarta tengah berada dalam tekanan berat. Setelah dua tahun tertatih-tatih akibat pandemi COVID-19, kini industri perhotelan Ibu Kota kembali diguncang oleh krisis okupansi rendah, lonjakan biaya operasional, dan lemahnya daya beli wisatawan domestik. Para pelaku industri memperingatkan bahwa gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal bisa terjadi jika situasi tidak segera membaik. Artikel ini mengulas situasi terkini sektor perhotelan di Jakarta, penyebab krisis, dan potensi dampaknya terhadap tenaga kerja serta ekonomi lokal.

PHK Krisis Perhotelan Jakarta: Angka Okupansi Terjun Bebas

Data Okupansi Hotel Menurun Signifikan

Menurut data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, tingkat okupansi hotel bintang 3 ke bawah pada kuartal pertama 2025 hanya berkisar di angka 28–35%, jauh dari ambang batas sehat yaitu 55%. Bahkan sejumlah hotel budget hanya mencatat okupansi 15–20% pada hari kerja.

Tidak Hanya Hotel Kecil, Hotel Bintang 4 dan 5 pun Terimbas

Hotel-hotel besar yang berada di kawasan Sudirman, Thamrin, dan SCBD pun melaporkan penurunan okupansi tajam, terutama untuk pasar korporat dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang dulunya menjadi tulang punggung.

Penyebab Utama Krisis Sektor Perhotelan PHK

1. Pemulihan Ekonomi yang Belum Merata

Meskipun beberapa sektor sudah menunjukkan pertumbuhan positif, sektor pariwisata dan perhotelan masih berjalan lambat akibat turunnya daya beli masyarakat serta belum pulihnya arus kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Jakarta.

2. Meningkatnya Biaya Operasional

Lonjakan harga energi, air, serta upah minimum regional (UMR) yang meningkat tahun ini membuat beban operasional hotel semakin berat. Banyak hotel mengeluh bahwa pendapatan yang minim tidak cukup untuk menutup biaya operasional harian.

3. Perubahan Pola Wisata dan Gaya Kerja

Tren work from anywhere dan digital nomad membuat banyak orang lebih memilih destinasi seperti Bali atau Yogyakarta dibanding Jakarta. Selain itu, banyak perusahaan multinasional telah memangkas anggaran perjalanan dinas dan pertemuan offline.

4. Ketergantungan pada Event Skala Besar

Jakarta sangat tergantung pada penyelenggaraan event besar seperti pameran, konferensi, dan kegiatan pemerintah. Ketika event tersebut berkurang, otomatis dampaknya langsung terasa pada tingkat okupansi hotel.

PHK Massal Jadi Jalan Terakhir?

Peringatan dari Pelaku Industri

Ketua PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Ilyas, menyebut bahwa lebih dari 60% hotel anggota PHRI di Jakarta sudah mulai melakukan efisiensi tenaga kerja sejak Januari 2025. “Jika dalam dua kuartal ke depan kondisi tidak berubah, PHK massal tidak terhindarkan. Ini bukan ancaman, tapi kenyataan pahit,” tegasnya.

Pekerja Kontrak Jadi Korban Pertama

Dalam praktiknya, hotel-hotel mulai memangkas karyawan kontrak dan tenaga kerja harian lepas terlebih dahulu. Sementara karyawan tetap mulai diarahkan ke sistem kerja rotasi atau dikurangi jam kerja.

Efek Domino ke UMKM dan Pekerja Informal

PHK di sektor perhotelan juga akan memukul ribuan pekerja informal seperti pemandu wisata, tukang laundry, pemasok makanan, dan pelaku UMKM di sekitar kawasan hotel.

Seruan Bantuan PHK dan Stimulus Pemerintah

Diperlukan Insentif Fiskal dan Subsidi

Pelaku usaha berharap pemerintah pusat maupun Pemprov DKI Jakarta segera memberikan stimulus berupa subsidi listrik, relaksasi pajak hotel dan restoran, hingga bantuan dana promosi destinasi wisata urban Jakarta.

Kolaborasi dengan Platform Digital dan Travel Agent

Beberapa hotel mulai menjalin kerja sama agresif dengan OTA (Online Travel Agent) untuk meningkatkan visibilitas dan promosi potongan harga. Namun tanpa dukungan kebijakan makro, hal ini dinilai belum cukup.

Rekomendasi Kebijakan dan Solusi Jangka Menengah

1. Dorong Wisata MICE dan Event Hybrid

Pemerintah dapat merancang skema insentif bagi penyelenggara event untuk kembali menggelar kegiatan hybrid di hotel. Ini bisa menghidupkan kembali sektor konferensi dan pameran yang menjadi tulang punggung hotel-hotel kota.

2. Kembangkan Pariwisata Urban

Jakarta perlu memperkuat narasi wisata kota (urban tourism) dengan paket tur sejarah, kuliner, dan hiburan malam. Target pasar domestik milenial bisa menjadi sasaran segar untuk menaikkan angka hunian.

3. Fasilitasi Akses Kredit Lunak PHK

Bank-bank milik negara dapat diarahkan untuk memberi kredit lunak pada usaha perhotelan yang terbukti terdampak namun masih beroperasi. Ini penting untuk menghindari gelombang penutupan hotel secara permanen.

PHK Sektor Perhotelan Jakarta dalam Keadaan Genting

Ancaman PHK massal di sektor perhotelan Jakarta bukan sekadar wacana, tapi sinyal keras dari industri yang kian tersudut. Diperlukan intervensi nyata dan cepat dari pemerintah untuk menyelamatkan ribuan lapangan kerja dan pelaku usaha yang bergantung pada industri ini. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin krisis ini akan menyebar ke sektor ekonomi lain yang bergantung pada vitalitas industri perhotelan.